Selasa, 01 November 2011

Pembuatan Biogas


Pembuatan biogas tidak terlalu sulit. Berikut gambaran sederhana rangkaian untuk membuat biogas sehingga gas dari kotoran dapat dimanfaatkan dan kotoran tidak berbau. Sebagai gambaran caranya sebagai berikut :

1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk    mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan    secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang    cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu    perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang    merupakan bahan baku biogas.

2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan    air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan    perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air    berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas.    Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu    sedikit (kekurangan).

3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut    "kesenangan" hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat    celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan    sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur    terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih    lama.

4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk    menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan    CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan    jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik    bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi    yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4    yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.

5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana)    kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki    itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga    sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa    dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan    terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan    tertutup rapa

6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu      didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk    keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan    dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak    berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau    lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui    secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka    karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran    pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan    masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga    tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh    dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau    tekanannya besar.

Johan Pambudi, Manajemen Agribisnis Berbasis Pengolahan Limbah Sapi Perah.
Nurhasanah, A., T.W. Widodo., A. Asari dan E. Rahmarestia. 2006. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia. http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (10 Agustus 2009).
Pambudi, N.A.2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. http://www.dikti.org/?q=node/99   (08 September 2009).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar