Selasa, 01 November 2011

Sinar X



Pada tahun 1895 ahli fisika Julius Plcker (1801-1868) mengetahui bahwa ketika ada sebuah pelepasan arus listrik melalui sebuah tabung pada tekanan rendah, pada sekeliling dinding tabung dekat kutub negative, atau katoda, muncul sebuah pendar kehijau-hijauan. Penemuan ini segera diinvestigasi oleh beberapa ilmuan lainnya, antara lain Hittrof, Goldstein, dan Profesor (sekarang Sir William) Crookes. Penjelasan yang dibverikan oleh professor Crookes terhadap phenomena tersebut lebih menggelisahkan, di sebanyak yang dia lihat tidak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kedua ilmuwan lain, karena penelitiannya lebih terkait pada penemuan sinar rontgen. Dia mengatakan bahwa panas dan pendar yang diproduksi pada tabung tekanan rendah terjadi akibat aliran partikel, diproyeksikan dari katoda dengan kecepatan tinggi, menyentak sisi-sisi dari tabung kaca tersebut. Komposisi dari kaca tersebut kemungkinan juga masuk kedalam pendar tersebut., untuk sebentar kaca timah menghasilkan kaca pendar biru, kaca soda menghasilkan sebuah pendar yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Komposisi kaca nampaknya berubah oleh lemparan panjang dan berkelanjutan dari partikel-partikel tersebut, pendar setelah sekian waktui akan kehilangan kilau awalnya, terjadi karena kaca yang menjadi “lelah”, seperti yang dikatakan oleh Profesor Crookes. Demikian juga ketika beberapa substansi gelap/padat, seperti besi, diletakkan antara katoda dan sisi-sisi dari tabung kaca maka besi tersebut akan menghasilkan bayangan pada titik tertentu di kaca untuk sebentar, itu ditemukan dengan memindahkan substansi gelap/padat atau merubah posisinya menjadi wilayah kaca yang awalnya diliputi bayangan sekarang merespon kepada sinar dengan cara yang berbeda dari sekeliling kaca.

Sinar khusus, atau sekarang dikenal dengan Sinar Katoda, tidak hanya mengeluarkan sebuah bayangan, tapi membelokkannya dengan sebuah magnet, jadi posisi dari pendar pada sisi tabung mungkin diubah oleh daya tarik dari sebuah magnet yang kuat. Jadi dapat dilihat bahwa sinar-sinarterbentuk oleh partikel-partikel yang dibebani dengan muatan energy listrik negative, dan Profesir J.J.Thomson telah memodifiukasi eksperimen Perrin untuk menunjukkan bahwa energy listrik negative berhubungan langsung dengan sinar-sinar. Ada alas an untuk mempercayai, karena, sinar-sinar katoda tersebut bergerak dengan cepat karena dibebani oleh energy listrik negative. Sangat mungkin, juga, untuk menentukan kecepatan partikel-partikel yang bergerak dengan mengukur pembelokan/ penyimpangan yang dihasilkan oleh medan magnet.
Dari fakta bahwa substansi gelap/padat mengeluarkan sebuah bayangan di sinar-sinar tersebut telah diduga pada awal bahwa semuan benda padat pasti gelap terhadap sinar-sinar tersebut. Namun Hertz menemukan, sejmlah kecil pendar terjadi pada kaca bahkan ketika substansi gelap/padat seperti kertas emas atau kertas aluminium yang dimasukkan diantara katoda dan sisi-sisi tabung. Segera sesudahnya, Lenard menemukan bahwa sina katoda dapat lepas dari dalam tabung pelepasan ke udara luar. Untuk kemudahan, sinar-sinar diluar tabung sejak saat itu dikenal sebagai “Sinar Lenard”.
Pada penghujung Desember, 1895, Profesor Wilhelm Konrad Roentgen, dari Wurzburg, mengumumkan bahwa dia telah membuat penemuan mengenai efek luar biasa yang timbul dari sinar katoda yang penjelasannya telah dimuat diatas. Dia menemukan bahwa jika sebuah lempengan diselubungi dengan sebuah substansi pedar diletakkan didekat sebuah tabung pelepasan tersedot begitu tinggi sehigga sinar katoda menghasilkan sebuah pendar hijau, lempengan ini dibuat bersinar dengan cara khusus. Sinar menghasilkan cahaya tersebut bukan sinar katoda, mekipun tampaknya timbul dari sinar tersebut sejak itu disebut sebagai sinar Roentgen atau sinar X.
Roentgen menemukan bahwa sebuah bayangan dilemparkan melalui layar oleh substansi yang berada diantara bayangan tersebut dan tabung kosong, karakter  dari bayangan tergantung dari tingkat kepadatan substansi. Demikian logam-logam adalah benda yang paling gelap/padat terhadap sinar; substansi seperti tulang juga tapi tidak terlalu, dan daging biasa hamper tidak seluruhnya. Jika sebuah koin diletakkan di tangan kemudian diletakkan diantara tabung dan layar, maka gambar yang terbentuk menunjukkan koin tersebut berupa sebuah bayangan hitam; dan tulang ditangan, ketika melepaskan bayangan yang berbeda, menunjukkan bayangan yang lebih terang; sementara tisu lembut hampir tidak menghasilkan bayangan apapun pada akhirnya. Nilai dari sebuah penemuan seperti ini memang jelas dari awalnya; dan masih lebih ditingkatkan dengan penemuan yang dilakukan segera setelah penemuan tersebut, lempengan fotografik yang terpengaruh oleh sinar tersebut, yang memungkinkan untuk membuat rekaman fotografik yang permanen dari gambar yang kita kenal sebagai substansi gelap/padat.

warna


Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.

Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.

Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta.

Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah.
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna).

Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen.
Dalam seni rupa, warna merupakan unsur yang sangat penting karena warna bisa menjadi alat untuk berekpresi. Bicara tentang warna, banyak sekali ilmu yang bisa kita pelajari darinya. Oleh karena itu, pada bahasan ini kita akan mengupas beberapa hal dasar mengenai warna.

1. Teori Sir Isaac Newton (1642-1727)

Dari percobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spectrum dari sinar matahari, akan dihasikan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu alias mejikuhibiniu. Warna-warna itu bisa ditangkap mata manusia pada saat ada pelangi.

2. Teori Kesehatan

Teori kesehatan menyatakan bahwa semua warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia adalah warna pokok.

3. Teori Brewster

Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral.

Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.

Warna Primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning

Warna Sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning , hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

Warna Tersier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

Warna Netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam


Warna panas dan dingin
Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau.

Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat. Sementara warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang.

Kontras komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.

Kontras split komplementer
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan.

Kontras triad komplementer
Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.

Kontras tetrad komplementer
Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°)

Gerak, Kerangka Acuan, dan Prinsip Relativitas.



Di dalam fisika, peristiwa didefinisikan sebagai segala sesuatu yang terjadi pada suatu titik tertentu dalam ruang dan pada suatu waktu tertentu. Gerak sebuah benda merupakan sebuah rentetan peristiwa. Untuk mempelajarinya, Anda perlu menetapkan terlebih dahulu suatu kerangka acuan pengamatan terhadap gerak benda tersebut. Tanga sistem kerangka acuan, konsep gerak benda tidak ada artinya. Jika anda hendak mempelajari benda yang sedang bergerak dalam arah horizontal, Anda dapat memilih sebuah kerangka acuan, yaitu suatu tempat tertentu yang diam terhadap benda tersebut. Anda dapat pula memilih kerangka acuan, yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap benda tersebut. Menurut seorang pengamat didalam kerangka acuan ini, benda tersebut sedang melakukan gerakan dalam arah horizontal dengan kecepatan tetap. Kerangka acuan yang diam atau bergerak dengan kecepatan tetap terhadap benda yang sedang diamati tersebut dikenal dengan nama kerangka acuan inersial.
Suatu benda dikatakan bergerak jika kedudukan benda itu berubah terhadap suatu titik acuan atau kerangka acuan. Misalnya: seorang penumpang bis yang sedang duduk di kursi di dalam bus yang bergerak meninggalkan terminal, dikatakan diam bila kerangka acuannya bus, sedangkan dikatakan bergerak bila kerangka acuannya adalah terminal.
Dari contoh di atas ada dua kerangka acuan yaitu kerangka acuan diam (terminal) clan kerangka acuan bergerak (bus). Pengertian diam dan bergerak adalah relatif. Terminal kita anggap diam, padahal terminal bersama-sama dengan bumi bergerak mengelilingi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada benda yang bergerak mutlak, yang ada hanyalah gerak relatif. Dengan demikian, semua gerak akan dapat dinyatakan sebagai gerak relative terhadap suatu kerangka acuan tertentu yang melekat dengan pengamat, atau sebagai tempat melakukan pengamatan. Pada dasarnya, ada kebebasan untuk memilih kerangka acuan ini. Akan tetapi, tentui saja dalam prakteknya Anda akan memilih kerangka acuan yang memungkinkan penyelesaian persoalan dengan cara yang paling sederhana.
Kerangka acuan yang telah dipilih untuk menelaah suatu peristiwa fisika selalu dapat dikaitkan dengan suatu sistem koordinat tertentu. Selanjutnya, hukum-hukum fisika yang berlaku di dalam kerangka acuan yang telah dipilih dinyatakan dalam system koordinat tersebut. Contoh sistem koordinat yang dipakai diantaranya system koordinat kartesius, system koordinat silinder , atau system koordinat bola. Para fisikawan percaya bahwa hokum-hukum alam bersifat mutlak. Hal ini berarti bahwa hukum-hukum fisika yang meiniliki bentuk yang sama di dalam system koordinat mana pun yang dipilih. Persamaan yang berlaku seperti itu disebut persamaan yang invariant. Jadi, apabila terdapat dua pengamat yang merumuskan hukum fisika secara relatif terhadap masing-masing system koordinatnya, hubungan atau persamaan yang mengaitkan koordinat-koordinat kedua sistem koordinat itu haruslah sedemikian rupa sehingga bentuk hokum fisika tidak berubah (invarian). Hubungan atau persamaan yang mengaitkan koordinat-koordinat kedua sistem koordinat ini dikenal sebagai transformasi koordinat.
1. Prinsip relativitas Galileo, dengan transformasi koordinatnya adalah transformasi Galileo.
2. Prinsip relativitas khusus Einstein, dengan transformasi koordinatnya adalah trasfortnasi Lorentz.
3. Prinsip relativitas umum Einstein, dengan transformasi koordinatnya adalah transformasi koordinat umum.

Hukum fisika yang ditinjau di dalam prinsip relativitas Galileo adalah mekanika Newton, sedangkan hukum-hukum fisika yang ditinjau di dalam relativitas khusus Einstein adalah mekanika Newton dan elektromagnetika Maxwell. Kedua prinsip relativitas ini berlaku di dalam system kerangka acuan inersial. Prinsip relativitas umum Einstein berkaitan dengan hokum gravitast dan berlaku di dalam system kerangka acuan umum, balk yang inersial maupun non inersial.

Pembuatan Biogas


Pembuatan biogas tidak terlalu sulit. Berikut gambaran sederhana rangkaian untuk membuat biogas sehingga gas dari kotoran dapat dimanfaatkan dan kotoran tidak berbau. Sebagai gambaran caranya sebagai berikut :

1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk    mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan    secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang    cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu    perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang    merupakan bahan baku biogas.

2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan    air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan    perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air    berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas.    Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu    sedikit (kekurangan).

3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut    "kesenangan" hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat    celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan    sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur    terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih    lama.

4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk    menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan    CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan    jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik    bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi    yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4    yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.

5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana)    kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki    itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga    sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa    dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan    terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan    tertutup rapa

6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu      didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk    keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan    dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak    berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau    lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui    secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka    karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran    pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan    masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga    tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh    dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau    tekanannya besar.

Johan Pambudi, Manajemen Agribisnis Berbasis Pengolahan Limbah Sapi Perah.
Nurhasanah, A., T.W. Widodo., A. Asari dan E. Rahmarestia. 2006. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia. http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (10 Agustus 2009).
Pambudi, N.A.2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif. http://www.dikti.org/?q=node/99   (08 September 2009).
 

Biogas


Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sambah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan dikamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas. Di daerah yang banyak industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa menyatukan saluran limbahnya ke dalam sistem Biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain seperti temperatur digester, pH, tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara menentuka bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Biogas adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N.
Gas bio berasal dari kotoran sapi atau hewan lain yang dimanfaatkan gasnya. Dengan pemanfaatan gas dari kotoran sapi akan dimanfaatkan secara dua arah. Gas dari kotoran dapat digunakan sebagai sumber energa untuk masak dan penerangan. Sedang sisa kotoran dimanfaatkan untuk pupuk yang mengandung unsur hara yang tinggi.
Gas bio itu sering disebut dengan teknologi biogas. Biogas merupakan pemanfaatan sumber gas yang berasal dari kotoran ternak. Peralatan yang dibutuhkan adalah instalasi biogas berfungsi untuk menetralisir polusi kotoran ternak. Untuk membangun sebuah instalasi  biogas  (Biodigester) yang bisa meme.uhi kebutuhan energi rumah tangga, sebuah rumah tangga harus memiliki minimal 3 ekor sapi. Energi dari tiga ekor sapi ini bisa dimanfaatkan untuk memasak, memanaskan air, maupun penerangan (lampu petromaks).
 
KONSERVASI ENERGI
Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
- biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
- Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
- Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
- Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
- Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat. 


KOMPOSISI BIOGAS
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif.
Komposisi biogas
Komponen
%
Metana (CH4)
55-75
Karbon dioksida (CO2)
25-45
Nitrogen (N2)
0-0.3
Hidrogen (H2)
1-5
Hidrogen sulfida (H2S)
0-3
Oksigen (O2)
0.1-0.5